Satumejanews.id. SAMARINDA – Guna mengendalikan inflasi di daerah ini, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kaltim dan Pemprov Kaltim menggandeng Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaltim. Tujuannya, melakukan Gerakan Ulama Peduli Inflasi (UPI) di daerah ini.
“Karena lembaga MUI ini banyak berkumpul para ulama, ustadz, dai, sehingga kami sengaja menggandeng organisasi ini untuk melakukan Gerakan Ulama Peduli Inflasi. Diharapkan, para ulama bisa memberikan penjelasan dan edukasi kepada masyarakat, jika melakukan jual beli dengan cara yang baik dan santun serta bijak,” kata Kepala Perwakila BI Kaltim Ricky Perdana Gozali.
Kegiatan Gerakan UPI itu digelar di Masjid Baitul Mukminin Islamic Center Samarinda, Selasa (21/3/2023). Pada kesempatan itu, Riky menjelaskan, peran ulama sangat penting dalam berbagai kehidupan. Termasuk soal berbelanja dan berjualan. Suara Ulama pasti didengan masyarakat. Terlebih dalam bula Suci Ramadan seperti ini.
Pemerintah menurut Ricky, memiliki program pengendalian inflasi. Terutama memasuki bulan suci Ramadan dan menjelang lebaran nanti. Untuk itu, pihaknya mengambil inisiatif membantu dalam pengendalian inflasi dengan melibatkan peran para ulama, dai dan penyuluh agama. Program yang dirancang dengan tema “Ulama Peduli Inflasi”.

Menurut Ricky peran ulama sangat penting dalam masyarakat karena ulama merupakan sosok yang dihormati langtaran keilmuan agamanya. Melalui ceramah agama, ulama dapat menyampaikan edukasi secara langsung kepada masyarakat. Tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami, sehingga diharapkan seruan berbelanja dan berjualan secara bijak dapat tersampaikan dengan baik
Diejlaskan Ricky, saat setiap ceramah agama, para ulama yang berperan dapat langsung mengimbau masyarakat melalui seruan kegiatan Ulama Peduli Inflasi tersebut. Masyarakat disarankan untuk tidak berbelanja atau mengkonsumsi secara berlebihan.
“Kami juga minta agar ulama bisa menyampaikan pesan ke masyarakat yang membuka usaha jualan, disarankan untuk berjualan secara bijak dengan tidak menaikan harga secara berlebihan yang dapat berdampak pada kenaikan harga barang lainnya,” ujar Kepala Perwakilan BI Kaltim.
Gubernur Kaltim H Isran Noor memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif Kantor Perwakilan BI Provinsi Kaltim ini, meski menurutnya gagasan ini sebenarnya sudah terlambat.
“Sebenarnya ini terlambat. Tapi tidak apa-apa, bagus saja. Lebih baik terlambat, dari pada tidak sama sekali. Tapi di nusantara ini baru ada di sini. Ini yang pertama. Terima kasih BI dan para ulama, dai dan penyuluh agama,” puji Gubernur Isran.
Karena itu Gubernur mengimbau kepada para pedagang untuk tidak memanfaatkan momen Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri dengan menaikkan harga setinggi-tingginya.
Demikian pula masyarakat pembeli, diimbau agar berbelanja secukupnya sesuai kebutuhan saja dan tidak berlebih-lebihan.

“Jadi penjual, jangan jual mahal-mahal ya. Pembeli juga begitu, kendalikan hawa nafsu jangan belanja banyak-banyak. Ditakar saja sesuai kebutuhan,” pesan Gubernur lagi.
Secara umum Gubernur Isran Noor sangat bersyukur karena inflasi Kaltim selalu berada di bawah angka inflasi nasional. Gubernur menjelaskan bahwa inflasi itu harus ada, tapi terkendali.
Pengendalian inflasi ini bisa dilakukan dengan baik menurut mantan Bupati Kutim ini karena kerja sama lintas sektor dan tidak mungkin dilakukan sendiri.
“Jadi, pahala puasa Ramadan itu bukan hanya menjaga hawa nafsu, haus dan lapar. Kerja sama mengendalikan inflasi ini juga berpahala besar. Itu keyakinan saya,” kata Isran Noor.
Sementara itu Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaltim KH Muhammad Rasyid mengatakan, perekonomian merupakan bagian dalam syariat Islam. Sehingga menjadi kewajiban bagi semua pihak untuk menjaga agar perekonomian di Kaltim tetap stabil.
Menurutnya, dalam hukum Fikih juga diatur masalah jual beli dan adanya larangan bagi penghusaha untuk menimbun barang, yang bertujuan pada waktu tertentu harga barang bisa naik dan akan mendapatkan keuntungan besar.
Dalam hukum fikih, kegiatan menimbun barang termasuk haram. Misalnya, menunggu barang mahal baru menjual. Kenapa haram, karena itu menyakiti orang lain,” kata Muhammad Rasyid
Lanjut Imam besar Masjid Islamic Center, Allah menyayangi penjual yang menjual harganya tidak terlalu tinggi. Dan Allah juga menyayangi pembeli yang menawarnya wajar. “Siklus jual beli harus menyenangkan. Jangan sampai ada kredit macet. Artinya, kalau hutang ya harus dibayar,” ujarnya.
Kemudian KH Rasyid sedikit bercetita pada jaman Rasulullah SAW. Dijelaskan, waktu itu Nabi Muhammad SAW pernah mengecam perilaku memonopoli barang. Sebab, problem-problem yang terkait dengan ketersediaan barang umumnya justru muncul karena perilaku para pengusaha mengambil keuntungan yang besar dan bisa menimbulkan inflasi.

Dijelaskan, ada peristiwa setelah hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah. Saat itu umat Islam tidak dapat menggunakan air karena yang memiliki sumberdaya air (sumur) hanyalah orang-orang Yahudi. Ketika umat Islam datang ke suatu sumur yang bernama Ruma, orang-orang Yahudi menutup sumur tersebut dan tidak mengizinkan penggunaannya selain orang Yahudi sendiri. Kemudian para sahabat mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah.
Padahal Rasulullah SAW menganjurkan sahabatnya agar berderma dengan air. Pada waktu itu sahabat Utsman bin Affan termasuk pengusaha kaya dan kemudian membeli sumur tersebut dan menyedekahkannya kepada seluruh umat Islam.
“Jadi pada zaman Rasulullah sudah ada inflasi dan cara mengatasinya,” kisah Muhammad Rasyid.
Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi (Kakanwil Kemenag) Kaltim Abdul Khaliq mengapresiasi giat Ulama Peduli Inflasi yang diinisiasi Bank Indonesia (BI) setempat, karena diyakini mampu membantu menekan inflasi.
“Program Ulama Peduli Inflasi ini merupakan program edukatif, bersifat mendidik dan membina masyarakat dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri agar tidak berlebihan belanja guna menekan inflasi,” ujarnya saat peluncuran program tersebut.
Dia mengajak kepada seluruh masyarakat bijak belanja pada Ramadhan ini secara berlebihan. Beli secukupnya saja karena jika berbelanja berlebihan dapat berdampak pada inflasi atau barang serupa harga naik. Sebab, hukum ekonomi akan berlaku, yakni ketika stok barang sedikit tapi jumlah pembeli banyak, maka harga akan naik
Acara tersebut juga dihadiri Pangdam VI Mulawarman Mayjen TNI Tri Budi Utomo, Kapolda Kaltim Irjen Pol Imam Sugianto, Kejati Kaltim Hari Setiyono, Ketua Baznas Kaltim H Ahmad Nabhan, Ketua Komisi II DPRD Kaltim Nidya Listiyono dan undangan lainnya. (*/sm1)