Beranda Opini Pindi Setiawan dan Goa Karst Sangkulirang

Pindi Setiawan dan Goa Karst Sangkulirang

417
0

Saya bersama Beni Hermawan dan Pindi Setiawan dan teman almarhum (lupa namanya), ketika melakukan ekspedisi di goa Karst Sangkulirang

Catatan Wardi

HARI Jumat, tanggal 9 September 2022 lalu, saya mendengar kabar terkait meninggalnya seorang sahabat dan penemu goa Karst Sangkulirang, Dr Pindi Setiawan. Saya aget, ketika mendapat kabar dari mantan Kadis Pariwisata Kutim Dwi Susilanto.

Begitu juga ketika saya hubungi Beni Hermawan, temen satu grup saat menjelajahi goa Karst Sangkulirang bersama almarhum tahun 2004 silam. Beni yang sekarang bertugas di Inspektorat Wilayah Kutim itu juga membenarkan kabar duka tersebut. Saya merasa sedih mendengar berita duka itu.

Kemudian saya buka di dunia maya, khususnya di Facebook, banyak ucapan duka cita dari teman-teman almarhum. Bukan hanya saya yang merasa kehilangan. Keluarga dan sahabat serta mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), khsusnya yang membidangi seni rupa, juga merasa kehilangan atas kepulangan dosennya tersebut.

Catatan Beni Hermawan pada 13 Agustus 2016, mengenang perjalanan ekspedisi goa Karst Sangkulirang. Ada beberapa nama yang tercatat sebagian tidak tercatat

Pindi, begitu almarhum disapa, cepat akrab dengan siapa pun. Kemudian pikiran saya menerawang ketika bersama-sama melakukan ekspedisi goa karst selama sekitar dua pekan di kawasan goa, bersama sejumlah krue dari RCTI, waktu itu masih ada program “GAPURA” yang menayangkan hasil liputan selama berada di goa karst.

Mulai dari perjalanan, hingga hasil penemuan lukisan cap tangan serta tengkorak yang berada di kawasan goa karst. Perjalanan yang tak bisa dilupakan. Saya juga ingat teman satu tim, yakni almarhum Iwan yang bersama-sama mengarungi goa karst Sangkulirang.

Demikian juga teman-teman satu tim dari Desa Tepian Langsat serta punggawa adat setempat. Meski awalnya belum begitu kenal, setelah bergaul selama berada perjalanan hingga kembali, semuanya menjadi akrab. Bahkan seperti saudara, meski tidak seayah dan seibu.

Sepertinya, nama Pindi Setiawan dan goa karst Sangkulirang tak bisa dipisahkan. Almarhum banyak membantu Kutai Timur (Kutim) untuk memperkenalkan goa karst kepada dunia luar, bahkan mancanegara.

Beni Hermawan bersama Pindi Setiawan, saat berada di goa Karst

Selama melakukan penelitian di goa Karst Sangkulirang, Pindi Setiawan sering bolak-balik ke Kutim dan sampai ke goa lagi. Bahkan sekarang, goa itu sudah dikenal di luar negeri, lantaran telah banyak statiun televisi, baik nasional maupun luar negeri telah menayangkannya, termasuk National Geografic.
Sebelum tahun 2004, goa Karst Sangkulirang belum banyak dikenal publik. Setelah dilakukan ekpedisi bersana RCTI waktu itu dan tayang di program “GAPURA”, goa Karst Sangkulirang mulai dikenal. Kemudian saya juga menulis catatan perjalanan secara bersambung di harian Kaltim Post, halaman “Pro Kutim” selama sepakan.

Pindi Setiawan, juga telah mencetak buku-buku terkait dengan goa Karst Sangkulirang. Termasuk mempromosikan ke luar Kutim, seperti melakukan pameran dan presentase di berbagai event penting.

Mengutip wawancara Humas ITB dengan Pindi Setiawan, bahwa almarhum menceritakan terkait penelitian yang telah dilakukan selama ini, terutama goa Karst Sangkulirang. Penelitian lukisan cap tangan tersebut sebetulnya sudah dilakukan sejak 1995. Sampai 2014, gambar yang telah ditemukan di lokasi tersebut berjumlah 2.000 gambar. Konsentrasinya dalam penelitian tersebut adalah meneliti gambar cap tangan.

“Kalimantan dulunya tidak dikenal memiliki gambar pra sejarah. Cap tangan adalah salah satu indikasi utama gambar yang tua. Lukisan gua tersebut diprediksi berusia 40.000 ribu tahun sampai 35.000 tahun. Awalnya ada informasi yang sampai kepada saya, baru sejak 1995 itulah nyaris setiap tahun saya bersama tim peneliti lain survei ke gua-gua mencari cap tangan,” kata Pindi Setiawan.

Mantan Bupati Kutim Awang Faroek Ishak, Mahyudin, Isran Noor, Ismunandar dan sejumlah pejabat di Kutim sangat mendukung terkait keberadaan goa Karst Sangkulirang. Bahkan dulu Awang Faroek pernah bercita-cita, di Kutim akan didirikan sebuah museum arkeologi. Tujuannya, untuk menampung hasil penelian goa Karst Sangkulirang dan benda sejarah lainnya yang ada di Kutim. Tapi cita-cita itu sampai sekarang belum terwujud dengan baik.

Pindi Setiawan ketika di goa Karst

Sejumlah barang temuan dari goa Karst Sangkulirang, pernah dipamerkan di beberapa event. Sampai sekarang juga masih tersimpan di Dinas Pariwisata. Sebelum terbentuk Dinas Pariwisata, dulu masih ditangani Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kutim.

Semoga, dengan kepulangan Pindi Setiawan, cita-cita untuk melestarikan goa Karst terus dijaga oleh anak cucu kelak. Sehingga goa Karst Sangkulirang yang pernah diusulkan sebagai warisan dunia, tetap lestari dan terjaga dengan baik.

Selamat jalan sahabat. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosannya dan ditempatkan yang terbaik di sisi-NYA. ***

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini