Satumejanews.id. KUTAI KARTANEGARA – Calon Bupati (Cabup) Kutai Kartanegara (Kukar) nomor urut 01, Aulia Rahman Basri terus melakukan berbagai aktivias menjelang pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU) pada 19 April 2025 mendatang.
Meski jadwal kampanye cukup padat, namun dokter yang dikenal memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas ini, menyempatkan berziarah ke tokoh Kukar yang cukup berpengaruh. Salah satunya mantan Bupati Kukar Syaukani Hasan Rais.
“Saya sengaja berziarah ke makam almarhum pak Kaning (Panggilan akrab) Syaukani. Sebab, beliau merupakan salah satu tokoh yang patut kita banggakan bersama,” ujar Aulia Rahman usai melakukan ziarah pada Minggu (13/4/2025).
Aulia mengaku sering terinspirasi oleh pidato-pidato almarhum, yang disebutnya mampu membangkitkan semangat anak-anak Kutai untuk berani bersaing secara nasional.
Syaukani HR dikenal sebagai Bupati Kukar pertama paskapemekaran wilayah dan menjabat selama dua periode sejak 1999. Ia juga pernah memimpin Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI). Sosoknya dikenang sebagai tokoh penting dalam pembangunan Kukar di era otonomi daerah. Nilai-nilai kepemimpinan yang diteladani dari almarhum Syaukani HR cukup baik dan bisa ditiru.

“Pak Kaning adalah alasan saya kuliah ke Makassar. Saya ingin jadi orang yang cerdas dan berani seperti beliau,” kata Aulia Rahman.
Menurutnta, Pak Kaning selalu menekankan pentingnya membangun sumber daya manusia, bukan hanya infrastruktur. Aulia menilai ziarah ini bukan sekadar agenda pribadi, tapi juga pengingat atas nilai-nilai kepemimpinan yang diteladani dari almarhum Syaukani HR.
Syaukani HR, atau akrab disapa Pak Kaning, merupakan Bupati Kutai Kartanegara pertama pasca-pemekaran wilayah. Ia memimpin Kukar selama dua periode (1999–2006), dan dikenal luas sebagai arsitek pembangunan modern di daerah ini.
Keberaniannya membawa Kukar ke panggung nasional, termasuk saat menjabat sebagai Ketua Umum APKASI, menjadikan namanya melegenda dalam sejarah Kalimantan Timur.
Bagi Aulia, kunjungan ini bukan sekadar ziarah, tetapi sebuah perjalanan spiritual untuk mengingat arah dan tujuan.
Ia menyebut, Pak Kaning sebagai figur yang membentuk cara berpikir tentang kepemimpinan, jaringan sosial, dan pentingnya pengembangan sumber daya manusia daerah.
“Beliau selalu menekankan bahwa membangun daerah bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga soal membangun manusia-manusianya. Beliau membentuk cara pikir saya. Tentang jaringan sosial, tentang keberanian memimpin, dan bagaimana membangun manusia,” ujar Aulia.
Dia menyebut momen ini sebagai bentuk refleksi sekaligus penguat tekad untuk mengabdi di tanah kelahirannya di Kutai Kartanegara ke depannya. (*/sm)