Beranda Opini UMKM Tahan Banting

UMKM Tahan Banting

273
0

Catatan: Wardi

BELUM genap enam bulan, lapangan parkir Pasar Induk Sangatta (PIS), Kutai Timur (Kutim) sudah dua kali dilaksanakan Bazaar. Saya agak kaget, karena belum lama juga di Folder Ilham Maulana yan tidak jauh dari PIS, sekitar 300 meter, juga baru saja dilaksanakan semacam bazaar, meski berbeda namanya. Namun semuanya mengakomodir UMKM yang ikut serta dalam perhelatan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.

Bahkan belum lama juga dilaksanakan ekspo di kawasan Bukit Pelangi, tepatnya di lapangan helipad, depan kantor bupati yang juga berdekatan dengan Gedung DPRD Kutim serta masjid Agung Al-Faruq. Selama kegiatan berlangsung, mungkin ribuan warga berkunjung ke sana.

“Panorama keindahan alam cukup bagus di Bukit Pelangi. Terlebih pada malam hari, cahaya lampu bertebaran,” celetuk seorang pengunjung mengomentari.

Sepekan sebelumnya, juga dilaksanakan hal yang sama di kawasan Pantai Sekerat, kecamatan Bengalon. Kalo yang satu ini lokasinya agak jauh dari ibukota kabupaten Kutim. Terakhir, kegiatan yang sama juga digelar di kecamatan Teluk Pandan. Pengunjung selalu ramai, karena menjadi salah satu hiburan tersendiri bagi masyarakat setempat.

Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab) Kutim sangat antusias dan mendorong dilaksanakannya semacam bazaar yang melibatkan pelaku UMKM tersebut. Saya juga sependapat, karena sektor yang satu ini merupakan pelaku ekonomi yang handal dan kuat. Bahkan saat terjadi resesi ekonomi maupun masa pandemi, mereka (pelaku usaha UMKM) masih banyak yang bertahan.

Saya juga sering melihat pelaku UMKM itu sering ikut pameran keliling di mana pun digelar. Masyarakat sering menyebutnya ‘pasar malam’ yang memberikan tempat hiburan tersendiri bagi masyarakat di desa atau pedalaman atau pinggiran kota.

Terlebih setiap ada bazaar, juga digelar panggung hiburan. Banyak masyarakat yang berkunjung dan akhirnya bisa bertransaksi. Terlebih jika pengunjunnya orangtua dan mengajak anaknya ikut serta. Bahkan banyak mainan atau makanan khas anak-anak dijual di kawasan bazaar. Tentunya sang anak kepengin membelinya. Mau tidak mau, orang tua yang membawa anaknya membelikan keinginan anaknya tersebut.

Sabtu (7/8/2022) malam lalu, bazaar di lokasi PIS sudah ditutup Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman. Selama sepekan pelaksanaan pameran itu, terjadi transaksi yang luar biasa, sekitar Rp 2 miliar. Cukup pantastis. Ini merupakan geliat tersendiri bagi pelaku UMKM.

Suasana bazaar di Pasar Induk Sangatta

Jika dalam satu lokasi transaksi sebesar itu, saya kira uang yang beredar di Kutim selama ada bazar cukup besar. Di lokasi PIS sudah dua kali, di Folder Ilham Maulana yang tak jauh dari PIS juga sudah dua kali. Kemudian di halaman helipad kantor bupati satu kali. Di pantai Sekerat dan Teluk Pandan masing-masing sekali.

Apabila semuanya lokasi bazaar atau pasar malam mampu melakukan transaksi sebesar itu, menurut hitungan saya, selama bazaar berlangsung tujuh kali. Sehingga sedikitnya ada Rp 14 milyar transaksi yang terjadi.

Jika pun tidak sebesar itu, taruhlah separuhnya saja. Sudah tercatat Rp 7 miliar. Ini kalau di rata-rata untuk transaksi selama bazaar berlangsung di Kutim.

Menurut hemat saya, UMKM merupakan pelaku usaha yang tangguh dan tahan banting. Betapa tidak, dalam kondisi resesi ekonomi dunia dan Negara ini mengeluhkan terjadi kriris keuangan, namun UMKM tetap bertahan. Ini luar biasa.

Walaupun ada juga yang mengeluhkannya, lantaran harga sejumlah bahan pokok terjadi kenaikan. Seperti BBM dan gas elpiji. Belum lagi jika harga Lombok meroket sampai Rp 100 per kilogram atau bahkan bisa lebih. Hal ini sangat mempengaruhi pelaku UMKM, terutama bagi penjual makanan atau kuliner.

Setidaknya, pelaku UMKM mendapat hati di masyarakat. Selain barang-barang atau dagangan yang dijual relatif murah dan terjangkau, juga menjadi salah satu pilihan masyarakat kecil.

Tidak salah apabila Bupati Ardiansyah Sulaiman dan Wabup Kasmidi Bulang terus mendorong adanya bazaar dan melibatkan pelaku UMKM ini. Mereka pantas memperoleh penghargaan.

Dilaksanakannya bazaar di kawasan PIS saya rasa cukup bagus. Yang menjadi permasalahan adalah, tempat parkir kendaraan, terutama roda empat tidak memadahi dan harus parkir di pinggir jalan.

Terlebih saat acara pembukaan atau penutupan, banyak undangan yang hadir. Kendaraan sangat banyak. Warga yang melintasi kawasan itu harus antre panjang. Bahkan sebagian balik kanan mencari alternatif. Termasuk saya waktu itu, juga mengalaminya, ketika melintasi pasar induk menuju jalan Dayung. Saya harus putar balik melalui jalan Yos Sudarso, guna menghindari kemacetan.

Yang perlu mendapat perhatian pemerintah lagi adalah, terjadinya ‘pasar tumpah’ di sejumlah lokasi di kota Sangatta. Hal ini membuat pemandangan kurang enak. Bahkan Trotoar pun terkadang menjadi ‘korban’ untuk dijadikan tempat berjualan. Akhirnya, bisa terjadi kemacetan lalu lintas. (*)

Artikel sebelumyaBazar UMKM Ditutup, Nilai Transaksi Sekitar Rp 2 Milyar
Artikel berikutnyaPertama Kali, Pameran Samarinda Dalam Grafis