Satumejanews.id. SAMARINDA – Meski data kemiskinan di Kaltim menurut data di Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren menurun, namun perlu dilakukan penelahaan lebih lanjut, guna mengetahui efektivitas program penanggulangan kemiskinan.
“Yang menjadi pembahasan dan pertanyaan adalah, apakah program-program penurunan tingkat kemiskinan dan kesenjangan itu sudah tepat sasaran atau belum,” ujar Wakil Ketua DPRD Kaltim Ananda Emira Moeis, ketika berdialog di TVRI Kaltim.
Dialog yang berlangsung di Studio I TVRI Kaltim ini dipandu oleh pembawa acara Elma Pratiwi, dan turut menghadirkan narasumber lain seperti Kristiningsih (Penyuluh Sosial Ahli Muda dari Dinas Sosial Kaltim), Ely Uswatun (Statistisi Ahli Madya dari BPS Kaltim), serta Muhammad Arifin, pengamat sosial dari Universitas Mulawarman. Perbincangan berlangsung dinamis dengan membahas data statistik kemiskinan serta kondisi nyata kesenjangan sosial di Kalimantan Timur.
Pihaknya menegaskan, komitmen DPRD Kaltim untuk terus menjalankan fungsi pengawasan terhadap program pemerintah. Menurutnya, pengawasan yang ketat akan memastikan agar program-program yang diluncurkan tidak hanya bersifat administratif, tetapi benar-benar menyentuh masyarakat yang membutuhkan.
“Kami (DPRD) selalu siap untuk menjadi pengawas. Agar program-program penurunan tingkat kemiskinan itu bisa berjalan tepat sasaran, efektif, dan juga efisien,” katanya.
Dalam dialog tersebut, Ananda juga menyinggung target nasional yang dibebankan kepada Kalimantan Timur oleh pemerintah pusat. Ia menyebut bahwa Kaltim mendapat target untuk menurunkan tingkat kemiskinan hingga 1 persen, yang menurutnya bukan angka yang mudah untuk dicapai.
“Satu persen itu tinggi loh, karena penurunan setiap tahunnya tidak signifikan. Jadi target itu perlu kerja sama lintas sektor,” ungkapnya.
Ananda menekankan bahwa upaya menekan angka kemiskinan tidak bisa hanya mengandalkan program formalitas belaka. Ia meminta agar semua pihak yang terlibat, baik di eksekutif maupun legislatif, bisa memiliki satu visi dan melakukan monitoring bersama terhadap setiap program yang dijalankan.
“Harus selalu monitor dan satu visi. Apakah program-program kita sudah berjalan tepat dan benar atau belum,” ujarnya. (adv/rd/sm)