Pembicara seminar Pendidikan Isla garapan MUI, saat menyampaikan makalahnya di depan peserta. (ist)
Satumejanews.id. SAMARINDA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Timur (Kaltim) merespon positif terhadap pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke provinsi ini. Guna menyambut hal tersebut, lembaga yang mewadahi ulama di daerah ini menggelar seminar tentang pendidikan.
“Kegiatan ini dimaksudkan menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan mumpuni. Sehingga MUI tidak akan tinggal diam dengan adanya IKN baru nantinya,” kata KH Muhammad Rasyid.
MUI Kalti melalui Komisi Pendidikan dan Kaderisasi, menggelar Talkshow Pendidikan Islam dengan mengambil tema ”Pendidikan Islam dalam Menjawab Tantangan Zaman di Era Milenial dan Persiapan SDM Kaltim sebagai IKN”. Kegiatan itu digelar pada akhir Nopember 2022 lalu di Hotel Senyiur, jalan Diponegoro Samarinda, Kaltim.
Talkshow menghadirkan narasumber KH Muhammad Rasyid (Ketua MUI Kaltim), Prof Dr H Susilo Ma’ruf MPd dengan materi “Pendidikan Islam yang responsif budaya persiapan SDM bagi generasi Native Digital di IKN. Dan Pembicara terakhir Prof Dr Zurqoni MAg, dengan materi “Pendidikan Islam dalam menghadapi Era milenial dan revolusi Industri 4.0”.
Menurut Ketua MUI Kaltim, pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Apalagi seorang muslim memang wajib untuk menuntut ilmu.
Imam besar Masjid Islamic Center yang juga sebagai nara sumber seminar pendidikan ini mengatakan, tujuan dari pendidikan diantaranya, bisa berkompetisi dalam kehidupan dunia yang dinamis berkembang, bisa berbuat baik, dan memelihara lingkungan. Disamping juga menjadi generasi yang berkualitas, terhindar dari generasi yang lemah, memiliki moral Islam, agar bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Muhammad Rasyid menekankan pentingnya pendidikan yang saat ini sangat relevan , yaitu untuk menghadapi Kaltim menjadi IKN yang baru. “Warga Kaltim harus mempersiapkan diri. SDM yang unggul, memiliki sklil tinggi dan dibarengi akhlak yang mulia sangat diperlukan di IKN nantinya.

“Jika kita tidak mempersiapkan diri sejak dini, jangan salahkan kalau kita hanya jadi penonton, bahkan tersingkir,” ujar Muhammad Rasyid.
Sedangkan Susilo Ma,ruf mengatakan, tantangan SDM metropolitan menuju IKN diantaranya, literasi beragama merupakan pengetahuan seseorang tentang agama di dunia. Sehingga kelak mampu menganalisa titik temu nilai agama dan kehidupan.
“Apalagi tantangan Era Post-truth dimana kebenaran bukan oleh fakta tetapi oleh narasi golongannya. Refleksi masa depan pendidikan antara janji masa lalu dan masa depan yang tidak menentu,” ujar Susilo Ma’ruf.
Oleh karena itu lanjutnya , pendidikan harus dikelola dengan prinsip kerjasama, kolaborasi dan solidaritas, pentingnya pembelajaran ekologis, antar budaya dan interdisipliner. Di sinilah, guru harus diakui sebagai produsen pengetahuan dan tokoh kunci transformasional.
Sedangkan Zurqoni menjelaskan, menghadapi era milenial dan era 4.0, perlu penguatan kurikulum pendidikan Islam. Kemudian peningkatan kompetensi, budaya dan cara mengajar guru, perbaharui media dan sumber belajar.
“Seorang guru harus memberikan penekanan pada life skill and innovation skill dan literasi digital skill,” ujarnya.
CARA MENGAJAR DI ERA GENERASI MILENIAL
Pada kesempatan itu, Zurqoni memberikan tips cara mengajar guru yang baik di era generasi milienial. Pertama, mampu memanfaatkan kecanggihan sebagai sumber belajar dan komunikasi pembelajaran.
Kedua, mampu menjadi role model, memberikan teladan dan berperilaku. Ketiga melek digital. Empat, mampu menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh makna. Paradigma pembelajaran masa kini harus memberikan keleluasan pada siswa berperan aktif.
Lima , guru harus menguasai berbagai sumber yang bisa dipakai sebagai penunjang dalam proses pembelajaran.Enam, guru tidak hanya mengajar, namun harus menguasai sumber-sumber, dimana siswa siswa belajar, dan mengarahkan siswa agar bisa belajar dari sumber apapun. Ketujuh, guru berfungsi sebagai penghubung sumber belajar atau resource linker.
Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI Kaltim, HM Khozin mengatakan, tujuan digelarnya Talkshow Pendidikan Islam bertujuan, untuk memberikan pemahaman dan wawasan tentang pendidikan Islam mewujudkan nilai-nilai Islam.
Kemudian, memberikan bekal kepada peserta sebagai pendidik, agar menghasilkan anak didik berkepribadian Islam yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan, sanggup mengembangankan dirinya menjadi hamba Allah yang taat.
Adapun peserta talkshow berjumlah 55 orang yang berasal dari guru agama Islam SD/MI,SMP, MTS, SMA/MA se-Samarinda. (*/sm)