
Satumejanews.id. SANGATTA – Persoalan kelangkaan gas elpiji subsidi 3 kilogram di Kutai Timur (Kutim) seakan menjadi hal yang lumrah terjadi. Bahan bakar dapur bersubsidi yang di peruntukan bagi masyarakat dengan kategori miskin itu sulit dijumpai.
“Saya melihat segmen masyarakat yang berhak memanfaatkan gas bersubsidi ini, belum bisa diakomodir dengan baik oleh instansi terkait. Harusnya data terkait masyarakat miskin bisa dijadikan acuan dalam mendistribusikan gas melon ini,” ujar Ketua DPRD Kutim Jimmi.
Dijelaskan, kalaupun ada harganya pun jauh lebih mahal dari yang sudah ditetapkan, masyarakat pun tidak memiliki banyak pilihan selain terpaksa harus membeli, meskipun harus merogoh kocek lebih dalam.
Di ketahui, berdasarkan surat Keputusan (SK) Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) nomor 500/K.572/2022. Harga eceran tertinggi (HET) di tingkat agen untuk wilayah Kutim di tetapkan dengan harga Rp 22 ribu. namun di tingkat pengecer harganya melambung hingga mencapai Rp 25 ribu.
Jimmi mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab kelangkaan gas melon yang terjadi di hampIr seluruh wilayah tidak hanya di Kutim. Namun juga terjadi di Kaltim.
Dikatakan, meskipun instansi terkait terus gencar melakukan pemantauan langsung di lapangan untuk memastikan distribusi gas 3 kilogram. Namun berkaitan dengan kelangkaan masih perlu dilakukan pendalaman labih jauh. “Apakah volume distribusi yang kurang atau persoalan lain. Dan saya masih menunggu keterangan dari mereka (Disperindag Kutim) setelah melakukan pertemuan dengan pihak pertamina,” ujarnya. (adv/sm3)