Catatan Akhmad Zaelani
ISTRI saya lulusan Fisipol Universitas Mulawarman. Tapi soal politik, dia selalu sepakat dengan pendapat saya. Sampai ke soal pemilihan atau kriteria figur seorang pemimpin. Tak pernah berbeda pendapat. Mungkin dia merasa kalah, jika berdebat dengan saya. Karena saya menjadi wartawan koran harian desk politik dan pemerintahan lebih lama dari lamanya dia kuliah sarjana. Bahkan lebih lama dari kuliah master hingga doktor.
Saya lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Sejak kuliah saya sudah sambilan jadi wartawan atau koresponden. Walaupun, boleh dikata pertanian itu bidang keilmuan saya, namun istri saya punya keberanian untuk berbeda pendapat tentang tanaman. Dia punya pendapat sendiri tentang : pohon durian yang saya tanam di samping rumah sekitar 17 tahun yang lalu. Ada 5 pohon, yang buahnya dijuluki King of Fruit milik kami. Jenis musang king dari Malaysia dan montong durian andalan thailand. Cuma 5 pohon durian yang tersisa hidup, dari sekitar 50an pohon durian, yang saya tanam. Kenapa yang lainnya mati? Karena setelah tanam saya biarkan tumbuh sendiri. Tidak dirawat.
Di suatu hari libur, saat duduk di teras rumah (sambil minum kopi), kami membicarakan “kemandulan” pohon durian kami. Di tengah obrolan, muncul perdebatan kecil.
Menurut (teori) istri saya, selain “ilmu bumi” perlu pula diupayakan “ilmu langit” (saya menyebutnya ilmu tahyul) untuk dicoba agar pohon durian bisa berbuah. Dia (mungkin) mengetahui itu dari “pengalaman” orang-orang bahari.
Lalu apa saran istri saya? Coba di batang bawah pohon durian dipasang bra atau beha!
Menurut istri saya, itu keyakinan. Sebagai penanda, bila pohon itu tidak berbuah, berarti pohon itu jantan.
Agar pohon itu “jadi betina”? Maka coba dipasang beha!
Mempraktekkan “teori”, lantas satu pohon jenis musang king, dipangkal batang bawah setinggi sekitar 50 cm dia pasang beha. Mungkin saya perlu menambahkan kalimat : Harap Jangan Ditiru, Ini Hanya Bisa Dilakukan oleh Orang Profesional. Haha.
Sedangkan, satu pohon durian montong, saya perlakukan seperti cara petani durian memperlakukan pohon agar cepat berbuah. Saya belajar dari petani Thailand.
Entahlah siapa yang benar. Istri saya yang tetap yakin dengan caranya yang tak masuk di akal itu lah yang akan berhasil. Sambil bercanda, saya menyarankan sekalian ditempelkan celana dalam wanita di batang paling bawah.
Hingga kenyataannya : pohon durian musang king kami berbuah, beberapa bulan kemudian. Kami bahagia.Mungkin di bulan Agustus atau September saya lupa. Buah pertama, berjumlah sekitar 80-an lebih. Buah yang termasuk harga termahal di antara jenis durian ini, berbuah cukup besar. Saat ini, (bila musim durian) harga durian musangking antara Rp 500 ribuan hingga mencapai 650 ribuan per kilo. Hanya satu pohon durian. Jenis Musang king. Sedangkan pohon jenis montong, satu bunga pun tak ada yang keluar. Saya kecewa.
Perbedaan pendapat, teori siapa yang benar tak jadi soal. Perlu diketahui, selain dipasang beha, saya juga memberikan pupuk. Namun, “anehnya” dari 5 pohon yang saya beri booster pupuk durian, cuma pohon yang diberi beha itu yang berbuah. Hanya si Musang King itu.
Apapun, istri saya benar. Dan menang. Ya, melihat dari kenyataan itu. Fakta itu.
Si Montong tak berbuah sekalipun sudah saya pakai cara petani Thailand, namun tak memunculkan bunga juga.
“Itu karena tidak dililitkan beha dibatangnya,” ujar istri saya sambil tersenyum. Seperti senyum kemenangan yang mengolok senyum nyinyir saya.
Entah lah. Kebetulan atau keberuntungan, percaya atau tidak wallahhualam bishawab.
SATUNYA-SATUNYA MUSANGKING TERAKHIR
CERITA di atas, itu beberapa tahun yang lalu. Pohon durian musang king saya itu sudah empat musim berbuah. Bahkan, di tahun 2022 ini, ketika musim durian sudah berakhir, masih saja berbuah. Hhingga tiga kali. Berturut-turut! Walaupun buahnya sedikit. Setelah buah yang besar, kemudian berbunga lagi. Bunga menjadi buah hingga besar, lalu sambung lagi, berbunga lagi. Walaupun yang ketiga ini buahnya hanya satu.
Hari ini, seperti nampak di foto, adalah buah durian musang king saya terakhir. Disebut terakhir, karena tidak ada bakal bunga lagi yang muncul.
Saya memperkirakan, di Kalimantan Timur, inilah buah durian musang king yang terakhir, yang masih menggantung di pohon. Hanya satu buah. Satu satunya buah durian musang king.
Saya enggan berbual-bual lebih lama, seperti mengatakan : inilah hanya satu-satunya buah durian musang king, yang masih berbuah di dunia! Di luar musim durian umumnya. Secara alami.
Bila pun hari ini perkiraan saya salah, mungkin saudara bisa berbagi informasi kebenarannya.
” Bagi wal, ” seorang kawan maniak durian, yang mengetahui itu mendatangi saya.
“Karena hanya satu-satunya itu sudah ada yang punya, wal. Sudah ada yang pesan jauh hari” suara saya.
“Siapa wal?”
“Istri saya” jawab saya.
Karena …. karena yang dililitkan dipangkal batang pohon durian itu adalah beha miliknya. ***