Beranda Sosial & Kesehatan Tegiur Gaji Besar, Akhirnya Justru Terlantar

Tegiur Gaji Besar, Akhirnya Justru Terlantar

261
0

Satumejanews.id. SAMARINDA – Memperoleh iming-iming bekerja di luar daerah dan tergiur dapat gaji besar, ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Adalah Eling Supriyanto (60) dan Faizin (34), akhirnya terlantar di Samarinda dan ditampung di Rumah Singgah Terpadu Dinas Sosial Kota Samarinda.

Eling Supriyanto yang berasal dari Desa Sindurejo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, pergi ke Tabang, Kutai Kertanegara. Dia dijanjikan bekerja di sebuah proyek pembanguna rumah genset di perusahaan pertambangan, oleh teman tetangga desanya di Jawa, pada awal september 2022 lalu.

Diungkapkan Eling sejak perekrutan awal dari kampung halaman sekitar tiga hari, disepakati upah harian Rp 130.000 ditambah lembur Rp 130.000 jadi janjinya upah sehari plus lembur Rp 260 ribu. “Ternyata tidak ada lembur. Saya juga sudah terima upah sebesar Rp 1.400.000 dan sudah saya kirimkan ke keluarga di Jawa,” ucapnya.

Saat ikut proyek, dia mengaku sempat sakit, dan bilang mandornya kalau mau pulang silakan tapi pulang sendiri. Biaya tidak ditanggung yang mengajak karena tidak sesuai perjanjian awal. “Karena tidak sesuai janji akhirnya saya berusaha untuk pulang meski punya bekal. Dari Tabang ikut truk yang antar besi, saya diturunkan di depan kantor polisi, dan sampai di rumah singgah sini,” ungkap Eling, buruh bangunan yang memiliki tanggung 2 orang anak masih sekolah di SMA dan seorang istri yang saat ini sedang sakit dirawat di RS Sultan Agung Semarang.

Sedangkan Faizin sebenarnya sudha bekerja di Kotawringin Timr bersama istrinya. Namun karena iming-iming kerja di tempat lain dengan gaji besar, akhirnya dia bersama rekan-rekannya pergi ke Kecamatan Barong Tongkok, Kutai Barat (Kubar).

Yang terjadi justru berbeda. Selama bekerja di sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit itu, menurut pria asal asal Desa Jejeg RT. 005 RW 006 kecamatan Bumi Jawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, tidak sesuai kenyatan.

“Gaji dijanjikan Rp 7juta sebulan, ternyata hanya Rp700 ribu perbulan. Saya dua bulan bekerja terpaksa melarikan diri. Kawan-kawan yang bareng berangkat dari Antang Kalang dengan saya sudah pada kabur duluan, saya kloter terakhir ini dibantu kawan sesama karyawan asal Timor ditumpangkan truk material.” ungkap Faizin.

Baik Eling maupin Faizin berharap ada dermawan yang mau membantu untuk kembali ke tempat asalnya.

Sementara itu Agus Setiawan Kepala Rumah Singgah Terpadu Dinas Sosial Kota Samarinda membenarkan, jika Eling dan Faizin bersama anaknya memang ditampung di rumah sainggah tersebut untuk sementara. “Ini sudah ditangani oleh ibu Erna, yang membidangi orang terlantar. Semoga ada jalan keluar,” kata Agus.

Sementara itu, Erna dari Dinas Sosial Kota Samarinda yang membidangi orang terlantar menyampaikan bahwa kasus seperti ini cukup banyak. “Seharusnya mereka melapor di mana kejadiannya. Misalnya di Kutai Barat ya lapor di sana, lebih pas penanganannya. Kalau di Samarinda ini kan dapat imbasnya saja. Jadi agak sulit mencarikan jalan keluarnya,” ucap Erna yang datang ke rumah singgah terpadu untuk memverifikasi adanya orang terlantar, Senin siang, (24/10-22).

“Kita membantu orang niatnya baik, cuma jika dijadikan modus, ini yang harus di

waspadai. Karena ada beberapa kasus mereka mengaku tidak punya apa-apa, tapi ternyata petualang dari satu kota ke kota lain. Rumah singgah ini seperti dijadikan hotel gratis saja. Nginap gratis makan dikasih,” wanti-wantinya. (sm8)

Artikulli paraprakHujan Deras di Kawasan Meratus, Lima Kecamatan di HST dan Pasar Kota Barabai Mulai Dikepung Banjir
Artikulli tjetërMemperkenalkan Diplomasi Santri di Negeri Paman Sam, (Resensi Buku “Diplomasi Santri”)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini