Satumejanew.id. SANGATTA – Walaupun sudah memperoleh penghargaan di ajang Dekranasda Kaltim tahun 2022, namun pengrajin Kutim belum menyatakan kepuasannya. Sebab, apa yang diperolehnya itu dinilai masih belum maksimal.
“Pekerjaan ini sebenarnya sudah baik, tapi belum puas, lantaran belum mencapai juara pertama. Kepengennya sih juata satu ketika ikut lomba lagi,” kata Imam Supardi.
Dia merupakan pengrajin asal Desa Teluk Pandan, Kecamatan Teluk Pandan yang memperoleh juara harapan satu. Demikian juga sesama rekannya perajin asal Desa Suka Rahmat, Kecamatan Teluk Pandan Agus Dwi Riyanto.
Kendati demikianm, Imam Supardi merasa bahagianya. Sebab, ini pertama kalinya karyanya berlaga di tingkat provinsi dan memperoleh juara harapan satu. Dia optimis, jika ada kegiatan yang sama tahun depan, bisa memperoleh juara pertama.

Imam menjelaskan membuat karya lampu gantung berbahan dasar bambu adalah asli dari ide dan imajinasinya. Dia terinspirasi dari lampu kuno zaman kolonial Belanda yang sekarang sudah langka. Lampu itu aslinya terbuat dari tembaga dan bawahnya dari batu marmer, serta menggunakan minyak tanah untuk menyalakan api sebagai cahaya lampu.
“Jadi, orang yang senang semacam itu tak mampu membelinya karena jika ada pasti mahal harganya. Kami dari perajin anyaman membuat karya seperti itu (lampu gantung). Kemudian diikutkan lomba dan mendapat juara,” bebernya.
Ia menyatakan lampu gantung dari anyaman bambu yang ia ciptakan itu tak mahal harganya, tapi yang mahal adalah pikiran untuk berkreativitas. Dia berharap produk-produk yang telah dirinya ciptakan bisa menjadi produk ikon asli Kutim nantinya.
“Ada tiga produk yang saya buat. Pertama lampu sudut atau duduk, songkok salat dan lampu gantung yang bisa memenangkan juara harapan ini,” tutur Imam.

Sedangkan, Agus Dwi Riyanto yang mendapatkan juara harapan satu di kategori kayu atas karya Topeng Kayu Kemindu. Ia mengutarakan, terbesitnya memilih karya dari topeng olahan kayu itu karena kerajinan topeng itu banyak, tetapi di Kutim belum ada.
“Topeng Kemindu yang biasanya dipakai menari di kesultanan ternyata bisa diaplikasikan menjadi souvenir,” terangnya.
Sebenarnya ia mengajukan dua produk topeng kemindu dan motif batik. Tetapi gugur motif batiknya karena belum sempurna.
“Allhamdullilah, puas topeng kemindu mendapat penghargaan. Yang membuat saya puas karena pemerintah dan masyarakat bisa mengenal topeng kemindu khas Kutim,” terangnya. (sm4)