Satumejanews.id. SANGATTA – Guna mengurangi benang kusut terkait persoalan stunting di daerah ini, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim menggelar seminar proposal kajian akdemik Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) lima pilar. Kegatan itu dihelat di kantor tersebut, Kamis (11/9/2025).
Kegiatan ini sebagai salah satu upaya strategis untuk menyusun peta jalan yang lebih terarah dan ilmiah dalam mendukung program unggulan ‘Cap Jempol Stop Stunting’ dan penanganan Keluarga Resiko Stunting (KRS).
Dr Diana Lestari dari Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) Kaltim selaku naasumber kegiatan itu mengatakan, Kutim memiliki karakteristik kependudukan yang unik, baik dari segi jumlah, mutu Sumber Daya Manusia (SDM), maupun persebarannya yang tidak seragam.

“Karakteristik ini yang membedakan Kutim dari daerah lain. Karena itulah, pendekatan dan implementasi kebijakan kependudukan tidak bisa disamaratakan. Butuh desain yang spesifik, yang menyentuh langsung pada realitas dan kebutuhan riil masyarakat Kutim,” ujar Diana, menekankan pentingnya kajian yang berbasis data lokal.
GDPK sendiri bukanlah hal baru. Inisiatif ini berlandaskan Peraturan Presiden Nomor 153 Tahun 2014, yang menekankan GDPK sebagai acuan untuk mengoptimalkan pengelolaan penduduk, meningkatkan kualitas SDM dan memperkuat ketahanan keluarga. Poin terakhir, ‘ketahanan keluarga’, menjadi krusial karena menjadi fondasi utama dalam pencegahan stunting.
Sebelumnya, H BB Partomuan, Plt Sekretaris DPPKB Kutim yang mewakili Kepala Dinas, menegaskan kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dan visi antar seluruh pemangku kepentingan.

“Kami meminta masukan terkait 5 pilar ini. Semoga paparan dari IPADI hari ini dapat membuahkan hasil, memberikan kita perspektif yang segar dan data yang akurat untuk diimplementasikan,” harap pria kelahiran 1 September 1977.
Lima pilar yang dimaksud menjadi fondasi dalam dokumen GDPK, meski rinciannya perlu disesuaikan dengan konteks Kutim. Seminar ini dihadiri oleh jajaran pimpinan di lingkungan DPPKB, seperti Kabid Dalduk Herliana dan Kabid K3 Ani Saida, serta perwakilan dari berbagai perangkat daerah terkait. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa penanganan stunting dan pembangunan kependudukan diakui sebagai kerja kolaboratif yang tidak bisa dilakukan oleh satu instansi saja.
Suasana ruang rapat pun dipenuhi diskusi yang intens. Setiap peserta menyadari, bahwa yang sedang mereka bahas bukan sekadar dokumen akademik saja, melainkan sebuah masa depan untuk generasi penerus Kutim. Sebuah strategi jangka panjang yang berangkat dari pemahaman mendalam bahwa anak yang sehat lahir dari keluarga yang sehat dan keluarga yang sehat hanya dapat tumbuh dalam lingkungan penduduk yang dikelola dengan bijak.
Dengan disusunnya GDPK 5 Pilar yang kontekstual ini, Kutim dapat melangkah lebih pasti. Bukan hanya mengejar angka penurunan prevalensi stunting, tetapi membangun fondasi SDM yang unggul dan berketahanan, dimulai dari setiap keluarga di pelosok daerahnya. (*/sm4)