Beranda Kutai Timur Stunting Merupakan Masalah Kompleks, Perlu Sinergitas Lintas Sektor

Stunting Merupakan Masalah Kompleks, Perlu Sinergitas Lintas Sektor

343
0

Satumejanews.id. BATU AMPAR – Tim pakar Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) turut serta dalam kunjungan kerja Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutai Timur (Kutim) ke 18 kecamatan. Kolaborasi ini bertujuan menguatkan dan memberikan dukungan pengembangan kepribadian dalam mengatasi keluarga berisiko stunting, yang dinilai tak hanya masalah gizi tetapi juga melibatkan aspek psikologis dan sosial. 

Rachma Shinta Merina, S.Psi M.Psi, psikolog klinis perwakilan Himpsi, menekankan stunting merupakan masalah kompleks yang memerlukan sinergi lintas sektor.

“Kami berterima kasih atas kesempatan berkontribusi di Kutim dan siap mendukung penuh upaya ini,” ujar Rachma saat diwawancarai usai kegiatan bedah angka stunting di Kantor Desa Batu Timbau Ulu, Kecamatan Batu Ampar, Kamis (27/2/2025). 

Rachma menjelaskan, stunting tidak hanya berdampak pada fisik tetapi juga perkembangan kognitif, emosional, motorik, serta kemampuan sosialisasi anak. “Anak stunting berisiko mengalami kesulitan belajar, gangguan emosi, dan hambatan bersosialisasi. Ini dapat memengaruhi kualitas hidup mereka di masa depan,” papar perempuan alumni Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.

Tak hanya anak, kondisi ini juga berpotensi mengganggu psikologis orang tua dan dinamika keluarga. “Ketika anak bermasalah, stres orang tua bisa memicu ketidakharmonisan rumah tangga,” tambah Rachma sapaan akrabnya.

Himpsi menekankan pentingnya peran aktif orang tua melalui Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) sejak anak berusia 4 hingga 60 bulan. “DDTK membantu identifikasi penyimpangan lebih awal, sehingga intervensi bisa dilakukan secepat mungkin,” jelas Rachma yang mengenakan hijab warna merah. 

Selain itu, aspek psikologis ibu selama kehamilan dan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi faktor penentu. “Penerimaan ibu terhadap kehamilan dengan perasaan bahagia akan mendorong perawatan yang lebih optimal. Pengetahuan tentang ASI, MPASI, dan pola asuh juga wajib dikuatkan,” tegasnya. 

Himpsi juga mengusulkan konseling pranikah sebagai langkah tindakan pencegahan. “Calon pengantin perlu dibekali pemahaman tentang kesiapan menjadi orang tua, termasuk mengelola kesehatan mental dan fisik sebelum memiliki anak,” tutunya. 

Sebelumnya, Sekretaris TPPS Kutim Achmad Junaidi B menyambut baik kontribusi Himpsi.“Dukungan ahli psikologi melengkapi intervensi gizi dan kesehatan yang selama ini menjadi fokus kami,” ucapnya.

Terakhir ia berharap prevalensi stunting di Kutim dapat turun signifikan, sekaligus memastikan anak-anak tumbuh dengan sehat secara fisik dan mental. (sm4)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini