Satumejanews.id. SANGATTA – Guna mengurangi angka stunting di Kutai Timur (Kutim), Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes), melaksanakan pengukuran dan intervensi serentak pencegahan stunting tahun 2024. Tujuannya, untuk memastikan pendataan seluruh calon pengantin (catin), ibu hamil, dan balita di wilayah kerja masing-masing.
“Langkah-Langkah pencegahan stunting intervensi serentak ini melakukan langkah konkrit, yakni pendataan menyeluruh. Kami memastikan seluruh catin, ibu hamil, dan balita terdata dengan baik agar menjadi sasaran intervensi. Seluruh catin dipastikan mempeorleh pendampingan. Ibu hamil serta balita didorong untuk rutin datang ke Posyandu,” kata Kepala DPPKB Kutim Achmad Junaidi Kamis (13/6/2024).
Dikatakan, pihaknya ingin memastikan seluruh Posyandu memiliki alat antropometri yang terstandar. Kemudian meningkatkan keterampilan kader Posyandu dalam pengukuran antropometri serta penyuluhan untuk ibu hamil dan balita.

“Kami terus memberikan edukasi kepada seluruh ibu hamil dan balita serta memastikan intervensi bagi yang mengalami masalah gizi. Hasil penimbangan dan pengukuran dicatat dalam sistem informasi e-PPBGM pada hari yang sama, serta dilakukan monitoring dan evaluasi rutin. Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung hingga akhir Juli 2024, untuk menyediakan data baseline yang akan digunakan dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting ke depannya,” terangnya.
Achmad Junaidi mengungkapkan, prevalensi stunting di Kutim tahun 2023 masih tinggi, mencapai 29 persen, menurut hasil Survey Kesehatan Indonesia (SKI). Namun, data e-PPBGM menunjukkan penurunan signifikan pada April 2024, dengan prevalensi turun menjadi 16,5 persen. Penurunan sebesar 12,5% persen ini adalah hasil dari upaya keras dan kolaborasi berbagai pihak.
“Upaya percepatan penurunan stunting dilakukan melalui berbagai program quick win yang melibatkan tujuh indikator utama. Termasuk penunjukan walidata, pembinaan berkelanjutan Tim Pendamping Keluarga (TPK) dan optimalisasi peran kader Posyandu dalam Pemberian Makanan Tambahan (PMT),” ujar Junaidi.
Pelaksanaan kegiatan ini tidak hanya melibatkan pemerintah daerah, tetapi juga sektor swasta melalui program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS). Beberapa perusahaan, seperti PT Ganda Alam Makmur dan PT Indexim Coalindo, telah berkontribusi signifikan dalam penanganan stunting melalui berbagai program CSR mereka.

Dia menekankan, terkait pentingnya kerjasama antara semua pihak, mulai dari TPPS tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa.
“Dengan kolaborasi yang kuat, kami berharap target prevalensi sebesar 14 persen dapat tercapai pada akhir tahun 2024,” ujarnya.
Kegiatan intervensi serentak pencegahan stunting ini diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam penurunan angka stunting di Kutim. Melalui langkah-langkah strategis dan kolaborasi berbagai pihak, Pemkab Kutim berkomitmen untuk menciptakan generasi yang lebih sehat dan cerdas di masa depan.
“Semoga dengan semangat gotong-royong dan dukungan penuh dari semua elemen masyarakat, Kutim dapat mencapai target penurunan angka stunting dan membangun masa depan yang lebih baik bagi anak-anaknya,” harap Junaidi. (sm4)