Beranda Opini Berguru Paradigma Pembangunan Nasional di Bali

Berguru Paradigma Pembangunan Nasional di Bali

4099
0

Oleh : Syukri M Nur *)

Kunjungan kali ini ke Bali membawa dua berkah. Berkah pertama, rehat sejenak pasca pandemic Covid-19 yang sempat memblenggu aktivitas umat manusia sekitar dua tahun. Berkah kedua, berkesempatan menimba ilmu dari dua mahaguru, Ricardo Hausman dan Bambang Brodjonegoro. Prof. Ricardo Hausman memberikan kuliah umum bertema “The Importance of Structural Transformation in the Manufacturing Sector to Support Post-pandemic Economic Recovery and Sustained Growth”. Lalu, Prof. Bambang Brodjonegoro memberikan tanggapan. Keduanya hadir dalam kegiatan Indonesia Development Forum 2022 yang diselenggarakan oleh BAPPENAS pada 21-22 November lalu.

Materi inti dari Kuliah Prof. Ricardo, adalah potret pembangunan Indonesia yang masih ditopang oleh sumberdaya alam. Produk yang dijual atau diekspor masih dalam bentuk bahan baku. Potret ini tersaji dalam ilustrasi Indek Kompleksitas Ekonomi suatu negara. Perlu diketahui, istilah kompleksitas ditujukan kemampuan merangkai semua sumberdaya baik itu ilmu pengetahuan dan teknologi, keahlian, dan sumberdaya alam untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi tinggi. Posisi produk berupa mesin dan elektronik adalah contoh kompleksitas yang lebih tinggi daripada hanya tembakau ataupun produk pertanian lainnya.

Dalam bahasa kuliah umum, Guru Bersar di Harvard Kennedy School ini juga menjelaskan bahwa posisi Indonesia mampu mencapai tingkat kompleksitas yang tinggi dari suatu produk. Tahapan ini akan mampu memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih besar. Ujungnya adalah mampu mendorong pada kemampuan mencapai pendapatan per kapita. Langkah-langkah yang perlu dilakukan Indonesia adalah melakukan adopsi teknologi, mendayagunakan sumberdaya manusianya pada berbagai kemampuan adopsi dan industri yang relevan, serta mendayagunakan potensi green energi untuk mendukung industrinya.

Pada kesempatan sama, Prof. Bambang menjelaskan rinci lagi bahwa posisi Indonesia ini adalah berusaha keras untuk tidak lagi terjerap dalam perangkap katagori negara berkembang. Upaya Indonesia mendorong perkembangan berbagai sektor termasuk industri digital yang akan memberikan kanal bagi produk-produk Indonesia memasuki pasar internasional.

Namanya juga kuliah umum, maka catatan penulis ini akan terasa subyektif sekali karena mengutip bagian-bagian penting dari kedua maha guru tersebut. Namun demikian, penulis berharap pembaca artikel ini berkenan juga mempelajarinya sebagai wahana meningkatkan ilmunya. Kanal yang disediakan oleh BAPPENAS di Youtube (https://www.youtube.com/watch?v=Q2T6-K7Uc9U&t=4898s). Dialog perlu kita buka dan kita jadikan kuliah umum sebagai bekal untuk membangun daerah, terutama Provinsi Kalimantan Timur yang telah memiliki ibukota baru Nusantara. ***

*) Dr. Muhammad Syukri Nur, penulis pemenang Indonesia Development Forum 20022.

Artikulli paraprakBupati Ardiansyah Minta, Fatayat NU Sampaikan Kritik dan Saran untuk Pembangunan Kutim
Artikulli tjetërKutim Catat Sejarah, APBD Nyaris Tembus Rp 6 Trilyun

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini