Satumejanews.id. MUARA WAHAU – Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melanjutkan kunjungan kerja lapangan ke Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau. Kunjungan kali ini berfokus pada identifikasi dua lokasi yang warganya berisiko mengalami stunting.
Sekretaris TPPS Kutim, Achmad Junaidi B, menyampaikan di Desa Nehas Liah Bing terdapat 10 keluarga yang teridentifikasi berisiko stunting dan ditangani langsung oleh Baznas Kutim. Dari jumlah tersebut, beberapa di antaranya mendapatkan perhatian khusus, terutama dua keluarga yang berada di dua lokasi yang dikunjungi.
“Dua keluarga yang berada di lokasi yang kami kunjungi memang dalam kondisi yang memprihatinkan,” jelas Junaidi.
Kondisi yang mengkhawatirkan ini terlihat jelas pada salah satu keluarga, di mana rumah yang ditempati oleh keluarga tersebut tidak layak huni. Selain itu, kondisi anak-anak mereka juga sangat berisiko terkena stunting, meski pihak TPPS tidak bisa langsung memberikan program bantuan karena kendala administratif.

“Salah satu keluarga yang kami temui memang berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Rumahnya tidak layak huni dan kondisi anak-anaknya sangat berisiko mengalami stunting. Namun, kami tidak bisa memberikan program bantuan langsung karena rumah yang ditempati bukan milik pribadi dan keluarga tersebut tidak memiliki kartu keluarga Kutai Timur,” tambah Achmad.
Lebih lanjut, TPPS Kutim memberikan rekomendasi agar pemerintah setempat, yakni ketua RT dan kepala desa, memfasilitasi surat-surat tanah agar keluarga tersebut bisa mendapat bantuan program rumah layak huni dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim).
“Kami merekomendasikan agar ketua RT dan kepala desa memfasilitasi pembuatan surat-surat tanahnya, supaya keluarga ini bisa mendapatkan program bangun rumah layak huni dari Perkim,” ungkapnya.
Kunjungan kerja ini didampingi oleh beberapa pejabat terkait, termasuk Plt Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) BB Partomuan, Kabid Kesejahteraan Keluarga Ani Saida, serta Plt Kabid Penyuluhan dan Pergerakan, La Beti. Selain itu, rombongan juga dihadiri oleh anggota TPPS Kabupaten dan unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Mupika).

Junaidi menerangkan mengapa pihaknya memilih lokus daerah pinggiran seperti Desa Nehas Liah Bing, Muara Wahau menjadi fokus perhatian? Menurut Achmad, wilayah tersebut memang lebih membutuhkan program-program penanganan stunting dibandingkan dengan daerah perkotaan. Sebagian besar daerah perkotaan mengalami masalah stunting akibat ketidakikutsertaan dalam program keluarga berencana, sementara daerah pinggiran seperti Muara Wahau justru lebih layak menerima program intervensi stunting.
“Dari data yang ada, hampir seluruh daerah kota sudah mengalami masalah stunting, namun banyak di antaranya disebabkan oleh ketidakikutsertaan dalam program keluarga berencana. Sementara daerah pinggiran, seperti Muara Wahau, memang sangat membutuhkan program-program penanganan stunting,” jelasnya.
Dengan adanya kunjungan ini, diharapkan masalah stunting di wilayah Muara Wahau bisa segera mendapat perhatian lebih, dengan dukungan program-program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. (sm4)