Satumejanews.id. BUSANG – Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) menggelar kunjungan kerja lapangan (KKL) bertajuk “Jemput Bola Stop Stunting” di Desa Long Lees, Kecamatan Busang, Rabu (15/1/2025). Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan langkah percepatan penurunan angka stunting di wilayah tersebut.
Kunjungan dipimpin Sekretaris TPPS Kutim, Achmad Junaidi B, yang juga Kepala DPPKB Kutim. Ia didampingi Plt Sekretaris DPPKB Kutim BB Partomuan, Teknikal Asisten Satgas TPPS Kutim Hendry Casanova, Kabid Pengendalian Penduduk (Dalduk) DPPKB Kutim Herliana, Ketua BAZNAS Kutim Masnip Sofwan, Plt Camat Busang Laden Sibarani, serta tim lintas perangkat daerah (PD) terkait.
Salah satu agenda utama kunjungan tersebut adalah memeriksa keluarga berisiko stunting (KRS) di lokasi fokus (lokus). Tim TPPS mengunjungi rumah Khairani, seorang ibu dengan anak berusia tiga tahun bernama Nadhifa. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur tinggi dan berat badan anak untuk memastikan status gizi. Selain itu, TPPS juga memberikan bantuan bahan makanan bergizi serta edukasi parenting dari psikolog.

“Kami ingin memastikan data keluarga berisiko stunting yang telah diinput benar-benar sesuai dengan kondisi di lapangan,” jelas Achmad Junaidi.
Ia menambahkan, meskipun pada lokus yang dikunjungi ditemukan beberapa anak dengan status gizi yang tidak terlalu berisiko, langkah edukasi tetap diperlukan untuk mencegah potensi stunting di masa depan.
Achmad Junaidi menekankan pentingnya sinergi antara berbagai perangkat daerah (OPD) dalam upaya penurunan stunting.
“Kami membawa tim dari berbagai PD agar mereka memahami irisan program percepatan penurunan stunting dalam tugas masing-masing,” ujarnya. Contohnya, BAZNAS membantu dengan program rehabilitasi rumah layak huni, sementara DPPKB mengelola program edukasi keluarga.
Achmad juga mengimbau para camat dan kepala desa untuk mengambil peran aktif dalam mendampingi keluarga berisiko stunting di wilayah masing-masing.

“Minimal setiap wilayah memiliki satu keluarga binaan untuk menjadi contoh,” katanya.
Dari 18 kecamatan di Kutim, Achmad berharap BAZNAS dapat berkontribusi dengan menangani setidaknya 10 keluarga berisiko stunting per kecamatan. Langkah ini, menurutnya, akan menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menurunkan angka stunting secara signifikan.
Kegiatan ini juga menjadi kesempatan untuk mengevaluasi berbagai aspek lingkungan yang memengaruhi kesehatan keluarga, seperti akses air bersih dan kondisi sanitasi.
“Meskipun listrik tidak memiliki dampak langsung pada stunting, aspek lain seperti pola asuh dan edukasi keluarga menjadi sangat penting,” tambahnya.
Dengan program jemput bola ini, DPPKB Kutim berharap masyarakat, khususnya di daerah terpencil seperti Busang, mendapatkan akses layanan kesehatan dan edukasi yang memadai. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen Kutim dalam mendukung target nasional penurunan angka stunting secara berkelanjutan. (*/sm)