Satumejanews.id. SANGATTA – Sebagai upaya untuk melestarikan Sumber Daya Alam (SDA), khusus di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) Dr Hj Sulastin mengambil sebuah Proyek Perubahan dengan judul “Penerapan Ekonomi Hijau dalam Pengelolaan Kawasan Wisata di Kabupaten Kutai Timur”.
Ditemui di ruang kerjanya, Selasa (13/8/2024), Sulastin yang juga Staff Ahli Bupati Kutim Bidang Perekonomian, Pembangunan dan Keuangan menyebut, latar belang dirinya mengambil proyek perubahan (Proper) tesrebut, mengingat kondisi iklim di Indonesia, bahkan dunia yang semakin tidak menentu.
“Kadang kalau hujan, hujan terus dan kalau panas-panas terus. Sehingga ini pun berdampak pada hasil pertanian dan ketahanan pangan kita,” ucap Sulastin.
Lebih lanjut ia menuturkan, Presiden RI Presiden Joko Widodo pernah mengingatkan soal ancaman kekeringan, karena suhu bumi yang semakin panas dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi tahun 2024 dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Award di Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (14/6/2024), seperti dikutip dari media Kompas.com.
Pada saat itu, Jokowi mengingatkan mengenai ucapan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres yang menyatakan bahwa dunia sedang menuju neraka iklim. Sebab, dalam lima tahun ke depan suhu akan berada pada rekor tertinggi yang berpengaruh pada panen komoditas utama dan unggulan.
Mengingat pentingnya menjaga kelestarian SDA yang berdampak pada iklim, Sulastin mengajak dan mengingatkan semua masyarakat Kutim, bahwa pentingnya menjaga alam yang berkelanjutan yakni dengan Penerapan Ekonomi hijau dalam pengelolaan kawasan wisata di Kabupaten Kutai Timur.
Lebih jauh Sulastin menjelasjakan, Ekonomi Hijau sebagai kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat melalui pembatasan sumber daya alam dan rendah emisi. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur juga telah menyiapkan program Green Growth sebagai langkah mitigasi untuk menghadapi perubahan iklim. Langkah ini meliputi, bauran kebijakan, baik secara substansi, kelembagan maupun pembiayaan.
“Salah satu dari langkah tersebut adalah terstubtitusinya aspek perubahan iklim dalam berbagai kebijakan pembangunan khususnya di bidang ekonomi,” terangnya.
Adapun upaya yang ada di dalamnya, sambung mantan Kepala Disdukcapil Kutim ini, meliputi peningkatan kesejahteraan masyarkat terutama sektor UMKM dan keunikan masyarakat tradisional yang dirangkai dengan peningkatan kualitas lingkungan hidup, menerapkan konsep 3R (reduce, reuse, recycle), peningkatan ketahanan terhadap perubahan iklim serta kegiatan ekonomi rendah emisi dan pengelolaan tanaman bernilai ekonomi tinggi dan eksotis.
Lebih jauh Sulastin, yang sedang menjalani Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II angakatan IX tahun 2024 di Puslitbang KDOD LAN RI, Samarinda ini menyebut, melalui pertumbuhan ekonomi hijau dan pengelolaan Kawasan wisata, diharapkan sektor industri ekonomi kreatif khusus pariwisata (ekowisata), dapat terintegrasi untuk mewujudkan penggunaan sumber daya alam secara bertanggung jawab, mencegah dan mengurangi polusi serta menciptakan peluang peningkatan kesejahteraan khususnya UMKM dan masyarakat tradisional pelaku wisata.
Atas gagasan Proyek Perubahan Penerapan Ekonomi Hijau dalam Pengelolaan Kawasan Wisata di Kabupaten Kutai Timur, yang diusung Sulastin ini, mendapat respon yang baik dari berbagai kalangan. Di antaranya, Ketua DPRD Kutim Joni, Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemkab Kutim, Tokoh Masyarakat hingga Profesor.
Terkini, dukungan datang dari Prof Dr Ir Marlon Ivanhoe AIpassa, MAgr yang merupakan Guru Besar di Bidang Konservasi Lingkungan dan Dewan Pakar di PPLH SDA Universitas Mulawarman, (UNMUL) Samarinda, Kaltim.
“Saya mendukung gagasan dari Doktor Sulastin di Kutai Timur berkaitan dengan pelestarian Sumber Daya Alam melalui pengembangan wisata yang ada di sana. Saya sangat mendukung, karena waktu kita melakukan pengembangan wisata, saat itu pun, kita sedang melaksanakan fungsi pelestarian alam itu sendiri ,” ucap Marlon yang juga Dewan Pakar di PERHAPI Kaltim serta Dewan Pakar di PTALI Kaltim.
Menurutnya, proyek tersebut dapat dilaksanakan untuk memulihkan keadaan SDA yang ada di Kutai Timur. Apalagi di Kutai Timur banyak perusahaan tambang, seperti PT Kaltim Prima Coal (KPC), yang sudah memulihkan kondisi bekas tambang dan menjadi kawasan wisata. Sehingga ini juga akan bersinergi dengan pemerintah daerah dalam pengembangan UMKM yaitu pengelolaan wisata berbasiskan pemberdayaan masyarakat.
“Dengan harapan, kita tidak panggil investor dari luar. Tapi kalau bisa, ya pemberdyaan masyarakat, bisa menikmati kesejahteraan melalui pengembangan kawasan wisata. Sekaligus juga dalam upaya pelestarian alam dan diharapkan terus menerus dilakukan, bukan hanya di Kutim tapi juga berbagai tempat. Gagasan dari Doktor Sulastin ini saya kira perlu dikembangkan,” pungkas Marlon.
Dengan menerapkan konsep ekonomi hijau di kawasan wisata, apa yang sedang diprakasai adalah investasi dan pemberdayaan sektor ekonomi dengan mengedepankan tujuan untuk mengurangi tekanan terhadap lingkungan dengan peningkatan efisiensi konsumsi energi dan sumber daya, khususnya dalam pengelolaan kawasan wisata di Kutai Timur.
Sebagai informasi, Proyek Perubahan Sulastin dengan branding “Guang Enyien Green Economy (Tempat Kita Ekonomi Hijau), yang memiliki Filosofi Mata Uang : Nilai Ekonomi, Pohon Rimbun: Lingkungan Hidup yang alami dan terjaga, Burung Enggang: Melambangkan Penguasa Alam. Memperoleh manfaat ekonomi tinggi dengan tidak mengganggu fungsi alami lingkungan di bawah naungan penguasa alam. (sm2)