Beranda Kutai Timur Budaya Kutai, Jadi Tema Kurikulum P5 di SMKN 1 Sangatta Utara

Budaya Kutai, Jadi Tema Kurikulum P5 di SMKN 1 Sangatta Utara

1438
0

Satumejanedws.id. SANGATTA – SMKN 1 Sangatta Utara menggelar kegiatan Kurikulum P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dengan mengambil tema kearifan lokal khususnya budaya Kutai. Kegiatan tersebut digelar hybrid secara daring dan luring di aula sekolah setempat, Senin (3/6/2024).

Menurut Kepala SMKN 1 Sangatta Utara Abu bakar, kegiatan ini dimaksudkan untuk kurikulum P5 dengan mengambil tema kearifan lokal khususnya budaya Kutai.

“Kami sempat mencari tokoh-tokoh yang bisa membagikan ilmu tentang budaya Kutai. Di antaranya bapak Abdal Nanang. Namun allhamdulillah bapak Achmad Junaidi yang bisa menyempatkan waktunya berbagai ilmu di sini,” kata Abu Bakar.

Ia mengatakan kebudayaan Kutai harus terus dilestarikan guna memberikan sumbang sih terhadap membangun Kutim. Ia pun meminta kepada seluruh siswa-siswi menjunjung tinggi adat istiadat yang ada. Kegiatan itu menghadirkan narasumber Achmad Junaidi B sebagai tokoh Kutai yang mengisi kegiatan Kurikulum P5.

Sedangkan Achmad Junaidi sebagai tokoh Kutai yang membawakan materi adat perkawinan dan makan khas Kutai, memaparkan ada lima prosesi adat upacara pernikahan. Pertama, melamar atau menyorong tanda, yakni dari pihak laki-laki yang memulai penyerahan tanda kepada pihak perempuan, bisa berupa mandau atau cincin kawin sebagai tanda sudah dipinang. Pihak laki-laki berusaha untuk tetap menjalin kuat hubungan tersebut.

“Orang Kutai juga sangat lekat dengan hal mistis. Sang pihak laki-laki akan mencari guru guna memikat pihak perempuan. Adat Kutai tidak jauh dengan adat Hindu,” ucap pria kelahiran Kecamatan Muara Ancalong 10 Maret 1972.

Kedua, mendi-mendi dan bealis. Bealis dimaksudkan agar pengantin terlihat lebih cantik. Bealis tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Sedangkan Mendi-mendi dilakukan dengan mengguyur badan dengan bunga, lalu ada lempar beras yakni beras kuning. Tepung tawar, yang menggunakan tepung tawar adalah para tetua, bewarna putih dan berbentuk seperti daun yang diusapkan kepada calon pengantin. Mendi-mendi dilakukan oleh kedua orang tua masing masing, menunjukkan bakti dan kasih sayang kedua orang tua.

“Ketiga, bepacar. Yakni, memberi tanda merah tua di tangan hingga kaki, dan prosesi berpacar dilakukan di ranjang secara bergantian. Dilakukan sebagai tanda pengantin baru,” ujarnya.

Keempat, naik pengantin. Menurut Junaidi, prosesi ini diawali dengan mengarak pengantin pria yang diapit orang tua disampingnya. Atau keluarga pengantin pria menghampiri pengantin wanita. Hadrah ini biasanya diiringi dengan pantun nasihat atau soal kehidupan, sambil menuju sebuah tempat pelaminan dengan dilempari beras kuning. Arti orang tua mengantar anaknya yakni kesejahteraan hidup.

Terakhir, naik mentuha.  Yakni upacara puncak dari prosesi adat Kutai bangsawan. Dalam prosesi naik mentuha berarti mengunjungi keluarga pihak masing-masing dengan tujuan menjalin silaturahmi. Maknanya, jika suami istri sudah menikah, kedua keluarga tersebut menjadi satu atau bisa disebut juga menikah.

“Makanan khas kutai salah satunya adalah nasi bekepor. Dinamakan nasi bekepor karena cara memasaknya di atas tungku kayu bakar, lalu diputar-putar sambil diaduk supaya matangnya rata,” kata Junaidi. (sm4)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini