Gubernur Kaltim Isran Noor bersama Bupati Berau Sri Juniarsih melakukan pencanangan Ekonomi Biru di Pulau Maratua.(ist)
Catatan Rizal Effendi
SUDAH pernah ke Pulau Maratua? Saya sudah, walau baru dua kali datang. Jadi orang Kaltim kalau belum pernah ke sana, masih diragukan kekaltimannya. Terutama bagi yang mampu. He he kayak ibadah haji saja. Tapi wisata ke Maratua termasuk gugusan pulau sekitarnya sangat perlu meski kita harus merogoh kantong lebih dalam karena orang luar mengakui Maratua sangat indah dan eksklusif.
Ketika saya singgah ke Maratua, beberapa waktu lalu, ada sepasang turis dari Prancis menikmati Maratua. Mereka mengakui pulau ini indah sekali dan sangat menikmati tinggal di sana. Mereka menyebut Maratua sebagai Maldives-nya Borneo. Dia senang bisa datang ke pulau ini.
Maldives atau Maladewa sangat terkenal sebagai objek wisata dunia. Negara kepulauan di baratdaya India ini memiliki keindahan alam yang sangat menakjubkan, terutama pantai berpasir putih dan laut biru seperti kaca. Tidak kurang 900 ribu wisatawan mancanegara datang ke tempat ini setiap tahun. Tokoh pengusaha dan politik Aburizal Bakrie pernah heboh ketika berlibur ke sini.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebut Maratua tidak saja menjadi salah satu destinasi ungggulan bagi Kaltim, tapi juga nasional. “Ini objek wisata ikonik, dan sudah ditetapkan sebagai opsi wisata peserta G20 untuk wisata khusus, diving dan spot selam,” kata Sandiaga ketika bertemu Wakil Bupati Berau Gamalis dan Ketua Tim Percepatan Pengembangan Maratua Dr Hj Meiliana di Jakarta.
Seperti diketahui, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 atau G20 Leader’s Summit akan dilaksanakan akhir tahun 2022 ini di Bali. Yang membanggakan selain menjadi tuan rumah, Presiden Jokowi juga bertindak sebagai Presiden G20 hasil KTT G20 di Italia, akhir bulan Oktober 2021.
Bupati Berau Hj Sri Juniarsih Mas, MPd seperti juga pendahulunya, sangat mengandalkan Maratua sebagai objek andalan wisata ke daerahnya. “Seperti tekad almarhum suami saya, H Muharram, Maratua harus masuk 10 besar destinasi wisata nasional dan bahkan dunia,” kata Sri, yang 25 Juni 2022 tepat berusia 46 tahun.
Sri terpilih menjadi bupati Berau ke-11 menggantikan suaminya, H Muharram yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19 di RS Pertamina Balikpapan, Selasa, 22 September 2020. Waktu itu saya masih menjadi wali kota dan sempat melepas jenazah almarhum menuju Tanjung Redeb untuk pemakamannya.
Untuk mempercepat pengembangan Maratua menjadi objek wisata dunia, Gubernur Kaltim Dr Isran Noor membentuk Tim Percepatan Pengembangan Maratua dengan menunjuk mantan sekprov Kaltim Dr Meiliana menjadi ketuanya.
Menurut Meiliana, saat ini tim yang dipimpinnya sedang mempersiapkan kunjungan Menparekraf Sandiaga Uno, Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Trenggono serta sejumlah dubes termasuk Dubes Negara Seychelles.
Kaltim lagi bekerjasama dengan Seychelles, negara kepulauan di Samudera Hindia dalam mengembangkan program Ekonomi Biru (Blue Economy). Ini program optimalisasi sumber daya air untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan inovatif dan kreatif dengan tetap menjamin kelestarian lingkungan.
Wakil Bupati Gamalis menyambut baik Maratua dimasukkan sebagai opsi kunjungan wisata peserta G20. Dia menjelaskan, peserta G20 bisa terbang dari Bali ke Maratua karena di Maratua sudah ada bandar udara.
Bandara Maratua dibangun sejak Gubernur Kaltim Dr Awang Faroek Ishak. Peletakan batu pertamanya September 2015 dan diresmikan pengoperasiannya pada 25 Oktober 2018 oleh Presiden Jokowi. Bandara sepanjang 1.600 meter itu, bisa didarati pesawat ATR 72.
Dulu ada dua perusahaan penerbangan yang mendaratkan pesawatnya ke Maratua. Garuda dari Balikpapan dan Susi Air dari Samarinda. Tapi Garuda tidak lagi. Sedang Susi Air masih terbang rutin tiga kali seminggu.
Datang ke Maratua, bisa juga terbang dari Balikpapan atau Samarinda ke Bandara Kalimarau, Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau. Dari sana bisa naik speedboat 3 jam lebih ke Maratua. Bisa juga jalan darat dulu sampai ke Tanjung Baru baru menyeberang ke Maratua.
MULANYA PULAU DERAWAN
Dulu yang terkenal sebagai objek wisata sebelum Maratua adalah Pulau Derawan. Bagian dari gugusan pulau yang ada di kawasan itu. Malah saya sempat kampanye sampai ke sana ketika menjadi calon wakil gubernur, tahun 2019. Selain Maratua dan Derawan, di situ masih ada Pulau Sangalaki, Samama, dan Kakaban.
Ada cerita yang melatari nama-nama pulau tersebut. Konon ada dua keluarga yang sedang berkumpul di atas kapal melaksanakan acara perkawinan karena mereka tinggal di dua pulau yang berbeda. Tak disangka terjadi badai besar disertai angin kencang dan ombak yang besar.
Kapal tak bisa dikendalikan sampai menghantam batu karang, sehingga semua penumpang yang ada di atas kapal tewas tenggelam. Lalu jenazah semua anggota keluarga terdampar di beberapa pulau. Ada juga yang bilang jenazahnya menjelma jadi pulau-pulau.
Sang anak perempuan yang menjadi mempelai wanita menjelma jadi Pulau Derawan. Dalam bahasa setempat artinya anak perawan. Ibunya menjadi Pulau Semama dan kakaknya menjadi Pulau Kakaban. Dari pihak laki-laki menjadi Pulau Sangalaki dan mertua dari perempuan menjadi Pulau Maratua.
Apakah hikayat ini benar? Wallahu’alam. Tapi yang pasti gugusan pulau yang berada di wilayah Kabupaten Berau ini, adalah surganya habitat penyu (Chelonioidea) termasuk penyu hijau (Chelonia mydas).
Waktu telur penyu belum dilarang, banyak warung-warung makan di Samarinda dan Balikpapan menyediakan menu telur penyu. Kalau saya sarapan di Miki Klandasan biasanya disediakan menu telur penyu rebus. Begitu juga kalau sarapan nasi kuning di warung Taupik depan Hotel Senyiur Samarinda. Bahkan sepanjang Teluk Lerong, ada sejumlah penjual telur penyu mentah. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi.
Ada yang bilang mengonsumsi telur penyu menambah kekuatan. Apa benar? Saya tidak terlalu merasakan. Malah sebaliknya ada hasil penelitian mengungkapkan bisa meningkatkan risiko impotensi. Telur penyu juga mengandung kolesterol yang sangat tinggi dibanding telur ayam.
Hampir semua turis yang datang ke Maratua dan pulau sekitarnya mengaku puas dan takjub akan keindahan alam dan laut di sana. Apalagi sudah banyak dibangun tempat penginapan, mulai milik warga maupun hotel dan vila, yang dibangun swasta di atas laut yang jernih. Begitu keluar kamar bisa langsung terjun.
Ada Arasatu Villas & Sanctuary, Floating Villa Maratua Island, Grage Guest House Maratua, Noah Maratua Resort, Maratua Ranu Cottage dan Pratasaba Resort. Tarifnya mulai Rp 500 ribu sampai Rp 7 juta. Tergantung kelas dan pelayanannya.
Ketika saya menulis Pulau Maratua saya jadi teringat cerita humor tentang ibu mertua. Ada seorang ibu mertua mencoba menguji kesetiaan 3 menantu laki-lakinya. Menantu pertama dia ajak naik perahu dan dia pura-pura terjatuh ke laut. Sang menantu dengan sigap terjun memberi pertolongan. Paginya sang ibu mengirim kartu ucapan terima kasih dengan memberi sebuah mobil standar. Menantu kedua juga melakukan hal yang sama. Tapi ketika menantu ketiga diajak, dia tak memberikan pertolongan maksimal kepada ibu mertuanya, sehingga sang ibu tenggelam. Tapi anehnya besoknya dia tetap mendapat kartu ucapan terima kasih dan bahkan memperoleh hadiah mobil mewah. Ketika dia baca kartu ucapannya tertulis “Terima kasih. Dari Bapak Mertua.” He he. (*)